Marak Kasus Anak Bunuh Diri, Psikolog: Perlu Pendampingan Orangtua Hingga Kelola Emosi

Marak Kasus Anak Bunuh Diri, Psikolog: Perlu Pendampingan Orangtua Hingga Kelola Emosi

Fenomena pada pelajar hingga anak jadi marak belakangan ini. Terkait hal ini, Psikolog klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum, M.Psi beri penjelasan. Orangtua perlu waspada dan perlu terus lakukan pendampingan pada anak.

Anak anak harus mendapatkan pendampingan oleh orangtua. Memberikan dukungan dan mengajari perihal mengelola emosi. "Jangan karena anak sudah besar, mungkin secara intelegensi pintar. Tapi secara emosi kan belum tahu," kata Nirmala.

Setor Rp1 Juta, Puluhan Warga Tertipu Arisan Online di Balikpapan, Pelaku Kembalikan Cara Dicicil Curhat Warga Pasar Minggu ke Sandiaga Uno: Lapangan Kerja Susah, Sembako Mahal Marak Kasus Anak Bunuh Diri, Psikolog: Perlu Pendampingan Orangtua Hingga Kelola Emosi

Yolla Yuliana Pilih Hapus Tato usai Menyesali Kenakalan Masa Muda Viral di Sosmed, Warga Minsel Sulawesi Utara Keluhkan dan Perbaiki Jalan Rusak, Begini Kata Kadis PU Siswa SMA di Maumere Bunuh Diri, Psikolog Unipa Maumere Sebut Perlu Perhatian

Bu Kades Ngamuk Ayam Rp4,5 Juta Dicuri, Mbah Suyatno Tempuh Jalur Hukum: Diberi Rp1 M Pun Tak Kuakui Halaman 4 Di sisi lain, orangtua perlu mengecek kondisi anak secara pelan pelan. Masyarakat juga ketika ada pemberitaan soal anak anak bunuh diri perlu berhati hati.

"Jangan asal tuduh, wah ini anak iman kurang, makanya dari kecil anak anak harus diajari salat. Oh kamu gak boleh pakai internet, nanti bunuh diri," kata Nirmala. Kalimat tuduhan dan pikiran seperti di atas sudah sebaiknya dihilangkan dan mulai mencari akar permasalahannya. Lebih lanjut Nirmala menekankan pada orangtua untuk mengajarkan anak mengelola emosi sedini mungkin.

"Penting banget, sedini mungkin kita ajari sesuai kapasitas anak. Dan izinkan anak untuk memiliki emosi itu," jelas Nirmal. Misalnya, saat anak menangis, jangan buru buru dibilang "ih, jangan nangis kamu." "Tapi pelan pelan, oke nangis tidak apa tapi sesuai dengan usianya, pelan pelan kita ajari kalau sedih boleh nangis, tapi kan tidak semua harus ditunjukkan di tempat umum," kata Nirmala lagi.

"Contoh, misalnya lagi jalan jalan sama om tante, kamu sedih, tapi sambil teriak, kan om dan tante juga bingung," kata Nirmala mencontohkan. Pelan pelan ajari bagaimana anak menampilkan emosi. Tapi jangan juga sampai melukai atau menyakiti orang lain. Setelah anak mengenali emosi, anak pelan pelan juga diajari meregulasi emosi.

"Regulasi dari kecil sih. Emosi boleh ada, tapi tetap harus diregulasi jangan sampai kita dikuasai oleh emosi. Sedini mungkin. Termasuk orangtua harus bisa mencontohkan," tutupnya. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.